Anggrita, anak putri ketiga Probodiningrat, mengatakan, sejak ditawarkan pada tahun 2012, ada beberapa orang yang menunjukkan minat untuk membeli rumah yang dibangun pada 1932 itu. Namun, harga yang diajukan para calon pembeli itu belum sesuai keinginan keluarga.
"Dari awal dijual, sudah ada beberapa orang yang berminat namun harganya tidak cocok," kata Anggrita kepada Kompas.com, Rabu (17/7/2013) petang.
Kali ini pun, sudah datang penawaran baru dari calon pembeli. "Kemarin, Selasa, saya sudah bertemu dengan seseorang yang berminat membeli rumah bersejarah itu," kata Anggrita.
Namun, dia menolak menyebut identitas pembeli. Anggrita hanya mengatakan, peminat itu bukan perseorangan, melainkan sebuah grup. Dalam pertemuan itu, tutur guru tari SMA Stella Duce 2 Yogyakarta itu, calon pembeli mengungkapkan niat mereka untuk menjaga rumah bersejarah itu.
"Peminat itu sudah bilang tidak akan merobohkan bangunan, malah rumah itu akan dijaga dan dilestarikan," kata guru tari SMA Stella Duce 2 Yogyakarta itu. Namun, dia menolak menyebut harga yang diajukan pembeli.
Sikap itu sesuai dengan harapan keluarga, bahwa siapa pun yang memiliki rumah itu sebisa mungkin tidak merobohkannya, sebab rumah itu memiliki nilai historis baik bagi keluarga maupun negara ini. "Kalau dilestarikan, keluarga masih bisa bernostalgia di rumah Eyang," tandas Anggrita.
Keluarga Probodiningrat memutuskan untuk menjual rumah itu karena Pajak Bumi dan Bangunan yang ditanggung keluarga cukup besar, yakni Rp 17 juta per tahun. Sejak tahun 2012, sudah beredar kabar dari mulut ke mulut bahwa rumah seluas 4.123 meter persegi itu ditawarkan dengan harga per meter Rp 5 juta.
Rumah di Jalan Patangpuluhan Nomor 22 Wirobrajan, Yogyakarta, ini menjadi perbincangan banyak kalangan sejak ditawarkan di sebuah situs jual beli online. Disebutkan di situ bahwa rumah tersebut pernah menjadi tempat persembunyian Presiden pertama RI Soekarno.
sumber
0 komentar :
Posting Komentar