Dzhohkar Tsarnaev, tersangka pengeboman saat lomba lari maraton di Kota Boston, Negara Bagian Massachusetts, Amerika Serikat, muncul di sampul depan edisi terbaru majalah Rolling Stone, bersama dengan profil mahasiswa Universitas Mass Dartmouth.
Laporan utama dengan judul 'Dunia Jahar' mengungkapkan saat Dzhokhar masih SMA dia pernah mengatakan kepada seorang temannya bahwa serangan teroris dapat dibenarkan, seperti dilansir situs boston.com, Rabu (17/7).
Dzhokhar, yang bersekolah di SMA Cambridge Rindge dan Latin, dituduh bekerja sama dengan abangnya, Tamerlan Tsarnaev, dalam peledakan dua bom di dekat garis akhir lomba lari maraton Boston di Jalan Boylston pada 15 April lalu.
Namun, Tamerlan meninggal setelah terlibat baku tembak dengan polisi di Cambridge pada 18 April.
Stasiun televisi Fox News melaporkan warga Boston marah dan menyerukan pemboikotan terhadap majalah Rolling Stone.Sementara di media sosial Twitter, munculnya Dzhokhar di majalah musik asal Negeri Adidaya itu juga menimbulkan beberapa kecaman.
"Pengagungan pelaku terorisme harus dihentikan," tulis salah satu pengguna Twitter.
"Ini seakan-akan kita telah memberikan para teroris dan pelaku kejahatan tumpangan gratis menuju popularitas, tepat di samping para selebriti," kicau pengguna Twitter lainnya.
Dzhokhar menjalani sidang pertamanya pada pekan lalu. Dia diajukan 30 pertanyaan seputar kasus peledakan bom yang menewaskan tiga orang dan melukai 264 orang lainnya.
Sebelum sidang digelar pemuda 19 tahun itu ditahan dan dirawat di penjara rumah sakit di Boston. Dia mengalami luka di bagian telinga hingga membuat pendengarannya sedikit terganggu.
sumber
Laporan utama dengan judul 'Dunia Jahar' mengungkapkan saat Dzhokhar masih SMA dia pernah mengatakan kepada seorang temannya bahwa serangan teroris dapat dibenarkan, seperti dilansir situs boston.com, Rabu (17/7).
Dzhokhar, yang bersekolah di SMA Cambridge Rindge dan Latin, dituduh bekerja sama dengan abangnya, Tamerlan Tsarnaev, dalam peledakan dua bom di dekat garis akhir lomba lari maraton Boston di Jalan Boylston pada 15 April lalu.
Namun, Tamerlan meninggal setelah terlibat baku tembak dengan polisi di Cambridge pada 18 April.
Stasiun televisi Fox News melaporkan warga Boston marah dan menyerukan pemboikotan terhadap majalah Rolling Stone.Sementara di media sosial Twitter, munculnya Dzhokhar di majalah musik asal Negeri Adidaya itu juga menimbulkan beberapa kecaman.
"Pengagungan pelaku terorisme harus dihentikan," tulis salah satu pengguna Twitter.
"Ini seakan-akan kita telah memberikan para teroris dan pelaku kejahatan tumpangan gratis menuju popularitas, tepat di samping para selebriti," kicau pengguna Twitter lainnya.
Dzhokhar menjalani sidang pertamanya pada pekan lalu. Dia diajukan 30 pertanyaan seputar kasus peledakan bom yang menewaskan tiga orang dan melukai 264 orang lainnya.
Sebelum sidang digelar pemuda 19 tahun itu ditahan dan dirawat di penjara rumah sakit di Boston. Dia mengalami luka di bagian telinga hingga membuat pendengarannya sedikit terganggu.
sumber
0 komentar :
Posting Komentar