Pada Senin lalu, negeri komunis itu mengancam mempublikasikan pidato dan pernyataan dari kandidat Presiden Korsel dari kubu konservatif Park Geun Hye, yang sempat berkunjung ke Korut. Intelijen Korsel itu mengklaim, Korut diperintahkan untuk mengacak-acak Pilpres Korsel.
"Kami mendeteksi adanya upaya Korut untuk mengganggu proses pemilu kami sejak awal tahun ini," ujar pejabat intelijen Korsel, seperti dikutip Chosun Ilbo, Rabu (13/6/2012).
Pejabat intelijen Korsel itu menambahkan, salah satu badan pemerintah anti-Korsel yang ada di Korut mengeluarkan cetak biru untuk mengganggu Pemilu dan Pilpres Korsel. Pemerintah Korsel yakin, Pemimpin Korut Kim Jong Un berada menjadi dalang dari upaya untuk mengacaukan Pemilu Korsel. Dugaan itu muncul karena Jong Un yang memiliki wewenang untuk menggelar operasi anti-Korsel.
"Persatuan yang hebat dan kuat dari seluruh elemen Korut harus dicapai untuk berhadapan dengan sekelompok pengkhianat (Korsel) itu. Kami harus mendukung proses anti-unifikasi dan tidak memberikan mereka jalan keluar," demikian pernyataan yang dilontarkan Korut.
Pada Mei lalu, Korut melontarkan kecaman-kecaman terhadap kandidat Presiden Korsel Park Geun-Hye. Korut menyebut Hye adalah diktator dan membandingkan Hye dengan ayahnya, Mayor Jenderal Park Chung Hee.
Suratkabar Korut, Rodong Simun, sempat merayakan peringatan kudeta militer Korsel pada 1961 yang menumbangkan kekuasaan Mayor Jendral Park Chung-Hee. Media itu turut menyindir perkembangan ekonomi Korsel setelah Jendral Hee dibunuh, pada 1979 silam.
Menurut Rodong Simun, sisa-sisa kediktatoran Jendral Hee diwariskan ke putrinya sendiri. Jendral Hee pun disebut sebagai seorang jenderal yang gemar menyiksa oposisinya sendiri.
sumber
0 komentar :
Posting Komentar