Musisi asal Papua yang terjun ke dunia politik, Edo Kondologit, menyebut banyak kekuatan besar yang sengaja memelihara kekerasan tetap merebak di Bumi Cendrawasih.
Menurut Edo, kekuatan itu merekayasa kekerasan demi kekerasan dengan tujuan mengambil kepentingan ekonomi di tanah Papua.
"Keadaan di Papua sengaja diciptakan. Dibuat Papua agar tidak ada hukum," kata Edo Kondologit di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu (23/6/2012).
Edo mengatakan, omong-kosong kekerasan di sana terjadi akibat perbuatan warga Papua. Dia menegaskan jumlah penduduk Papua yang relatif kecil tidak mungkin membuat banyak aksi kekerasan.
"Penduduk Papua itu berapa sih. Itu kan masih bisa dihitung," tegas Edo.
Papua seperti tidak pernah lepas dari aksi kekerasan berdarah. Terakhir, 14 juni, kerusuhan terjadi di Jayapura, akibat Ketua I Komite Nasional Untuk Papua Barat (KNPB), Mako Tabuni, tewas ditembak aparat.
Kata Edo, pemerintah pusat memang tidak berani mengambil sikap tegas untuk Papua. Dia berpendapat jika kekerasan-kekerasan tersebut dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mustahil Papua bakal mengikuti jejak Timor Leste.
"Di Jakarta sendiri tidak ada presiden yang tegas. Jangan kaget kalau Papua ingin merdeka. itu wajar. Bisa jadi Papua bisa seperti Timor Timur," ujarnya.
Edo menyebut ada kekuatan militer yang bermain di Papua. Selain itu, Amerika Serikat melalui perusahaan tambang Freeport juga punya kepentingan dengan mengeruk kekayaan Papua. "Freeport bayar pistol untuk keamanan hingga jutaan. Siapa yang merekayasa semua," katanya.
Edo sendiri berharap kekerasan bisa segera dihentikan. Dia berkeinginan keberagaman bisa bertumbuh subur di bumi Papua.
"Bicara Papua saya selalu marah, emosi, gemas, dan geram. Saya ingin Indonesia tetap sebagai bangsa utuh yang menghargai keberadaan Papua," katanya.
sumber
Menurut Edo, kekuatan itu merekayasa kekerasan demi kekerasan dengan tujuan mengambil kepentingan ekonomi di tanah Papua.
"Keadaan di Papua sengaja diciptakan. Dibuat Papua agar tidak ada hukum," kata Edo Kondologit di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu (23/6/2012).
Edo mengatakan, omong-kosong kekerasan di sana terjadi akibat perbuatan warga Papua. Dia menegaskan jumlah penduduk Papua yang relatif kecil tidak mungkin membuat banyak aksi kekerasan.
"Penduduk Papua itu berapa sih. Itu kan masih bisa dihitung," tegas Edo.
Papua seperti tidak pernah lepas dari aksi kekerasan berdarah. Terakhir, 14 juni, kerusuhan terjadi di Jayapura, akibat Ketua I Komite Nasional Untuk Papua Barat (KNPB), Mako Tabuni, tewas ditembak aparat.
Kata Edo, pemerintah pusat memang tidak berani mengambil sikap tegas untuk Papua. Dia berpendapat jika kekerasan-kekerasan tersebut dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mustahil Papua bakal mengikuti jejak Timor Leste.
"Di Jakarta sendiri tidak ada presiden yang tegas. Jangan kaget kalau Papua ingin merdeka. itu wajar. Bisa jadi Papua bisa seperti Timor Timur," ujarnya.
Edo menyebut ada kekuatan militer yang bermain di Papua. Selain itu, Amerika Serikat melalui perusahaan tambang Freeport juga punya kepentingan dengan mengeruk kekayaan Papua. "Freeport bayar pistol untuk keamanan hingga jutaan. Siapa yang merekayasa semua," katanya.
Edo sendiri berharap kekerasan bisa segera dihentikan. Dia berkeinginan keberagaman bisa bertumbuh subur di bumi Papua.
"Bicara Papua saya selalu marah, emosi, gemas, dan geram. Saya ingin Indonesia tetap sebagai bangsa utuh yang menghargai keberadaan Papua," katanya.
sumber
0 komentar :
Posting Komentar