Bergkamp Tak Segan Marah Bila Tak Dijadikan Starter

Hampir setiap mantan pemain lazimnya menerbitkan autobiografi yang menceritakan panjang-lebar sejumlah highlight semasa kariernya, termasuk Dennis Bergkamp. Yang unik dari edisi miliknya ini terungkap bahwa sedianya hubungannya dengan Arsène Wenger tak semulus dugaan orang lain.

Dalam bukunya ini, Bergkamp tak hanya menggoreskan pengalamannya dengan pelatih Arsenal itu, tapi juga sejumlah momen atau sesuatu hal yang acap jadi sorotan selama dia berkarier, termasuk fobianya terhadap perjalanan udara. Berikut petikan tanya-jawab Bergkamp perihal autobiografinya itu seperti disitat TheTelegraph, Rabu (25/9/2013).

Bagaimana bisa terjadi tensi antara Anda dan Wenger?
Klub selalu mencari solusi untuk terus melangkah maju. Mereka pikir: ‘kami punya tim hebat tapi Dennis mulai memasuki usia tertentu dan Thierry (Henry) menjadi tombak utama karena ketika umur mulai mempengaruhi, Anda akan jadi rentan’. Jadi, mereka punya masalah. Saat itu masih banyak pemain Inggris dan saya sudah tak lagi muda untuk membimbing pemain baru. Mereka pikir saya akan memberi dampak besar, tentu saja, di ruang ganti. Tapi mereka khawatir bagaimana saya akan bereaksi ketika saya mulai jarang bermain.

Apa mereka pernah membicarakannya pada Anda?
Itu hal yang lucu dalam sepakbola. Maksud saya, tak ada yang pernah membicarakan itu pada saya! Dan tentunya saya terlalu bangga untuk mengatakan: ‘baiklah, biarkan saya bermain dalam 20 laga saja, saya sudah akan senang’. Saya tak bisa begitu! Itu awal mula terjadi friksi. Saya ingin bermain di tiap laga dan ketika saya tak dimainkan, saya akan marah (pada Wenger) sampai saya dimainkan.

Kadang kami bertengkar hebat. Dia biasa menggunakan statistik pada saya dan suatu kali saya bilang padanya: ‘Di mana statistik Anda ketika saya mengubah pertandingan dengan umpan jitu?’ Dia akan menjawab: ‘Anda kurang berlari di 30 menit terakhir dan mulai rentan cedera, kecepatan Anda juga menurun’. Ketika itu saya hanya bisa menundukkan wajah tapi ketika saya kembali memberikan perbedaan (di lapangan), kami berseteru lagi dan dia berkata: ‘Anda hanya pikirkan diri sendiri’.

Ketika itu nada suara mulai naik?
Tidak setiap waktu tapi kadang terjadi. Namun dengan hormat, kami tak pernah menyumpah atau mengolok-olok nama masing-masing. Biasanya pertengkaran terjadi di lapangan ketika dia bilang bahwa saya takkan dimainkan. Bahkan ketika usia saya mulai memasuki 35, 36 tahun dia akan bilang: ‘Anda masih ingin bermain? Apa Anda mau saya tempatkan di bench?’

Dia pun meninggalkan keputusan kepada saya. Saya tak tahu apa yang dia pikirkan. Apa mungkin berpikiran, ‘sebaiknya saya tak memiliki Anda’ atau ‘saya punya respek besar terhadap Anda?’ Tentu saya sadar bahwa takkan bisa main di tiap laga di usia 25 atau 36 tahun. Argumen yang ada hanya seputar sepakbola. Tentang apakah saya bermain atau tidak. Memang sangat kekanak-kanakan, tapi itu datangnya dari hati kami berdua.

Bagaimana tentang kekalahan final Champions League 2006 dari Barcelona (ketika Bergkamp belum terbiasa dicadangkan?
Arsène juga sama kecewanya dengan saya dan rekan-rekan lainnya. Saya pikir, mungkin sebenarnya dia punya skenario yang berbeda di kepalanya.

Skenario memasukkan Anda jika unggul 3-0 dengan 10 menit tersisa dan Anda akan bermain dengan kemenangan di akhir laga?
Ya seperti itulah. Atau bahkan jika kami tertinggal 2-0. Hanya untuk memberi saya kesempatan menit terakhir di final. Kami punya hubungan macam itu pada akhirnya. Itu yang bisa membuat Anda tetap semangat dengan mendapat banyak trofi dan mendapat kesuksesan pribadi di akhir laga final Champions League saya.

Andai saja (saat itu) saya lebih muda lima tahun! Tapi itu hanya sekadar harapan. Kami juga tak jadi favorit. Tapi kami bisa saja menang. Saya berharap masih ada sesuatu (trofi) dalam perjalanan kami, tapi kami cukup senang berada di final. Saya juga bahagia dengan momen itu.

Anda bergabung ke Arsenal lantaran dipaksa terus-menerus naik pesawat ketika masih bersama Internazionale Milan? Tentunya itu mengubah karier Anda?
Saya selalu merasa tak nyaman berada di pesawat kecil yang selalu bergetar setiap waktu di atas awan. Ketika Anda melihat keluar, Anda hanya melihat (warna) putih atau kelabu. Sulit mendapatkan ruang. Sangat sempit dan itu membuat saya claustrophobia. Anda sama sekali tak bisa bergerak dan hanya bisa terduduk di sana dengan gemetaran sepanjang perjalanan.

Jelas itu membuat saya gusar dan saya merasa: ‘Saya tak ingin naik pesawat lagi’. Sulit untuk melihat ke atas langit sepanjang laga tandang untuk melihat bagaimana cuacanya. Apakah langitnya berawan? Terakhir kali saya naik pesawat ketika kami akan berangkat ke Fiorentina. Saya melihat ada orang yang tersedot ke baling-baling dan tubuhnya hancur. Itu cukup sebagai pengalaman terakhir tentang bencana pesawat.

Saya tahu bagaimana aslinya terbang dengan pesawat! Tak terhitung saya terbang dengan pesawat berukuran besar, kecil atau yang mini. Di Ajax, sekali waktu saya pernah terbang dengan pesawat yang sangat kecil untuk terbang di atas gunung Etna, dekat Napoli ketika kami mendapat masalah ‘air-pocket’. Saya sudah melihat dan merasakan dan saya takkan mau terbang lagi. Saat berbicara (transfer) dengan Arsenal, jika saya bicara angka ‘sejuta (pounds)’ maka mereka otomatis akan mengurangi seratus ribu (pounds) karena Anda tidak mau terbang. Saya bisa terima itu.

sumber

Penulis : Ben Beckman, SE ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Bergkamp Tak Segan Marah Bila Tak Dijadikan Starter ini dipublish oleh Ben Beckman, SE pada hari Kamis, 26 September 2013 . Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terima kasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Bergkamp Tak Segan Marah Bila Tak Dijadikan Starter
 

0 komentar :

Posting Komentar

Klik Iklanya 1 Kali Agar Blog Ini Tetap Berkreasi