Di tengah
ramainya kasus dugaan korupsi pengadaan simulator ujian SIM Korlantas Mabes
Polri, tiga siswa SD asal Papua menciptakan alat simulasi mengemudi mobil yang
"canggih". Karya itu menggegerkan Surya Research and Education
Center, Tangerang, tempat mereka menimba ilmu.
Sekilas
ruang laboratorium itu tampak berantakan. Perkakas elektronik, mulai seukuran
biji jagung hingga yang besar, ada di mana-mana. Ada pula robot-robot sederhana
hasil prakarya para siswa yang dipajang di meja.
"Silakan
lihat-lihat dulu. Anak-anak yang menciptakan simulator mengemudi masih belajar
di kelas," tutur guru pembimbing laboratorium Dr Riza Muhida saat Jawa Pos
berkunjung ke kompleks Surya Institute, Tangerang.
Dia lantas
meminta petugas laboratorium untuk mengeluarkan perangkat simulator mengemudi
karya Stepanus Defi Mahaze, siswa kelas VI SD YPPK Santo Yosep Wendi Marauke;
Petrus Mbuan, siswa kelas V SD YPPK Santo Mikael Marauke; dan Selvester Jaktu,
siswa kelas VI SD YPPK Salib Suci Kabupaten Asmat.
Beberapa
saat kemudian, tiga siswa berkulit hitam manis itu selesai mengikuti pelajaran
di kelas. Mereka langsung bergabung dan siap mengoperasikan perangkat
simulatornya.
Stepanus
Defi Mahaze lalu menceritakan dengan terperinci bagian-bagian alat itu.
"Yang paling bawah ini pedal gas dan pedal rem," kata bocah kelahiran
Merauke, 9 Mei 1999, tersebut.
Di samping
dua pedal itu, ada komponen elektronik yang berfungsi sebagai "otak"
perangkat simulator tersebut. Komponen itu menampung semua perintah gas, rem,
belok kiri, dan belok kanan.
Di bagian
atas, ada setir mobil untuk mengoperasikan alat tersebut. Di depannya ada
sebuah laptop dan satu unit monitor berukuran 18 inci yang menampilkan rute
jalan yang akan dilalui mobil. Sementara itu, di dekat setir, terdapat dua
tombol untuk menjawab kuis tentang rambu-rambu lalu lintas yang juga akan
muncul di layar monitor.
Stepanus
menjelaskan, ide dasar pembuatan alat simulasi mengemudi itu muncul ketika
dirinya berjalan-jalan ke sebuah mal di Jakarta, Juli lalu. "Ketika itu,
saya melihat sangat banyak anak yang asyik bermain game balapan mobil,"
ungkapnya.
Dari rasa
gumun itulah Stepanus lalu mengajak dua temannya, Petrus Mbuan dan Selvester
Jaktu, membuat alat simulasi mengemudi mobil yang mirip mesin game mainan
balapan tersebut. Ide Stepanus disetujui pihak sekolah yang didirikan pakar
matematika Prof Dr Johanes Surya itu.
Stepanus
bersama dua temannya lalu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan di
laboratorium sekolah. Awalnya, tidak mudah bagi tiga bocah itu menggarap
perangkat simulator untuk mengemudi tersebut. Sebab, dibutuhkan kemampuan
membuat hardware dan keahlian menciptakan software-nya.
Untuk
menciptakan software pendukung, misalnya, mereka benar-benar menemui hambatan.
Sebab, baru setahun mereka berada di Surya Research and Education Center dan
belum mengenal perangkat lunak berupa program di komputer. Saat masih
bersekolah di Papua, mereka sama sekali belum pernah bersinggungan dengan
komputer. Apalagi sampai membuat software.
Berkat
bimbingan intensif Dr Riza Muhida, mereka akhirnya mampu membuat perangkat
lunak simulator mengemudi. Software karya mereka mengadopsi software Scratch
keluaran Amerika Serikat. Tampilan software itu memang masih sederhana.
Gambarnya masih dua dimensi, mirip film kartun. Yakni, berupa gambar sebuah
mobil warna kuning yang melewati jalan berkelok-kelok.
Total ada
tujuh tikungan tajam yang harus dilalui mobil itu dengan kecepatan maksimal 40
MPH (mile per hour). "Kami sempat kesulitan saat membuat desain
lintasannya," ucap Stepanus yang bertindak sebagai ketua tim.
Setelah
komponen software beres, giliran mereka membuat perangkat kerasnya (hardware).
Mulai kerangka besi, setir mobil berbahan kayu yang dipelitur mengkilap, hingga
pedal gas dan rem. Semua berbahan barang-barang bekas.
"Setir
mobil ini dibelikan Pak Guru di pasar loak. Harganya sekitar Rp 50 ribu,"
katanya.
Dia
memperkirakan, biaya yang dihabiskan untuk membuat alat tersebut tak lebih dari
Rp 500 ribu. Tentu saja, jumlah itu belum termasuk satu unit monitor dan sebuah
laptop untuk menyimpan software simulator mengemudi.
Perangkat
simulator itu selesai menjelang Lebaran lalu dan sejauh ini bisa dioperasikan
dengan baik. Sayangnya, alat tersebut belum dilengkapi suara deru mobil agar
tambah seru. "Penambahan audio memang menjadi rencana pengembangan alat
ini," jelas Petrus Mbuan.
Yang
menarik, pemakai simulator ini akan diuji kemampuan mengemudi dengan menjawab
tiga pertanyaan yang muncul menjelang garis finis. Semua tentang rambu-rambu
lalu lintas. Yakni, rambu belok kanan dan batas kecepatan maksimal 5 km/jam.
"Jumlah
pertanyaan bisa dimodifikasi ragamnya. Jumlahnya juga bisa lebih banyak,"
tambah Petrus.
Bila
pengendara berhasil menjawab seluruh pertanyaan dan mengemudi dengan lancar,
pada akhir permainan, ada ucapan selamat. Bunyinya: Selamat!!! Anda dinyatakan
telah lulus dalam latihan mengemudi ini. Terima kasih telah bergabung.
Menurut Dr
Riza, mengajari siswa yang belum pernah bersentuhan dengan perangkat komputer
sama sekali memiliki tantangan yang cukup besar. Sebab, dirinya mesti mengajari
tiga bocah itu mulai cara menghidupkan dan mematikan komputer hingga cara
mengetik dengan keyboard.
Setelah
dianggap bisa, baru kemudian mereka dikenalkan dengan pelajaran pemrograman.
"Gurunya harus telaten, sedangkan siswa tidak boleh gampang
menyerah," kata dia.
Riza
mengakui, perangkat simulator mengemudi yang dibuat anak-anak didiknya itu
masih sederhana. "Lebih tepatnya ini mirip game. Tetapi, fungsi atau
manfaatnya bisa untuk alat simulasi mengemudi seperti alat simulator untuk
ujian SIM di kepolisian," ujarnya.
Meski
begitu, Riza bangga karena perangkat tersebut merupakan inovasi simulator
mengemudi yang pertama dibuat anak-anak usia SD. "Itulah yang harus
dihargai," tegasnya.
Menurut
Riza, bujet pembuatan perangkat game simulator mengemudi menjadi poin penting.
Dia menyatakan, sekolah-sekolah bisa menciptakan alat serupa untuk kepentingan
pembelajaran tertib lalu lintas yang menyenangkan.
"Belajar
rambu-rambu lalu lintas kalau hanya dari buku tentu membosankan. Alat ini akan
membuat para siswa senang belajar berkendara yang tertib," katanya.
0 komentar :
Posting Komentar