JAKARTA- Hari masih siang saat Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta kedatangan seorang tamu penting, Jumat (24/8/2012). Mereka berbaris rapi sambil bersiap menunggu tamu yang ditunggu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.
Saat itu, sejumlah petugas pemadam kebakaran lainnya masih berjibaku memadamkan api di lokasi kebakaran Kecamatan Senen. Tamu yang ditunggu pun datang bersamaan dengan petugas yang akhirnya dapat memadamkan api di kawasan Jakarta Pusat itu.
Pria itu akrab dipanggil Foke itu kemudian menyalami satu per satu petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta. Foke kemudian mengambil alih jalannya acara.
"Saya bangga punya Pemadam Kebakaran seperti anda semua. Saya bangga ada di tengah keluarga besar dinas pemadam," ujar Foke, nama lengkapnya Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta.
Yel-yel pun langsung berkumandang di lokasi tersebut. "Apa kabar?" tanya Foke
"Luar biasa," teriak mereka
"Siapa saya?" tanya Foke
"Damkar, Damkar, Damkar," kata mereka
"Bagaimana keadaan?" tanya Foke lagi
"Siap Siaga," ujar para petugas pemadam sambil bertepuk tangan.
Mereka lalu meneriakkan motto yang menjadi pengingat disaat tugas datang, "Pantang Pulang Sebelum Padam, Walau Nyawa Taruhannya". Ya itulah motto mereka. Itu pula motto yang selalu dipegang personel pemadam kebakaran, termasuk Suparman (50) saat bertugas mengatasi si jago merah.
Raut wajah Suparman memang ceria saat itu. Ia berdiri di sudut gedung Dinas Pemadam Kebakaran bersama 11 temannya. Saat yel-yel dikumandangkan, bapak tiga anak itu juga ikut bersemangat sambil mengepalkan tangan.
Suparman merupakan salah satu petugas yang mendapatkan penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta. Ia merupakan salah satu petugas yang mendapatkan kecelakaan saat bertugas menjinakkan si jago merah yang menjilat rumah warga.
Jari telunjuk kirinya terputus, sementara empat jari lainnya tidak dapat digerakkan alias tak berfungsi lagi. Saat Foke memanggil namanya, Suparman langsung bersiap menerima penghargaan. Teman-teman sejawatnya langsung bertepuk tangan tanda mendukung Suparman.
"Saya berterima kasih atas penghargaan ini," kata Suparman.
Suparman masih ingat betul peristiwa yang menyebabkan jari tangannya harus diamputasi itu. Saat itu di tahun 1996, ia tidak ingat bulan dan tanggal kejadian. Yang ia ingat saat itu Suparman sedang piket di Kantor Sudin Damkar Jakarta Timur.
"Pukul 23.00 WIB, telepon berdering, ternyata ada kebakaran di Jalan Pemuda," kata Suparman yang mengenakan pakaian dinas lengkap.
Suparman bersama teman-temannya langsung bergegas menuju lokasi kejadian. Gumpalan asap sudah membumbung tinggi saat itu. Api, kata Suparman, telah menghanguskan puluhan rumah di empat RT.
Suparman dengan sigap menurunkan selang air menuju titik api. Saat itu suasana tidak terkendali karena banyak warga yang mengungsi. Sebagian meminta petugas menyiram rumah mereka agar api tidak merambat.
Suparman lalu maju menuju titik api, banyaknya warga membuat posisi selang tidak sempurna. Saat posisi selang belum sempurna, ternyata air berkekuatan 7 bar sudah mengalir.
Aliran air yang begitu kencang dan posisi selang yang tidak sempurna membuat tangan Suparman terlilit. Ia lalu menyadari jarinya langsung terputus saat itu. Keempat jari lainnya juga tidak bisa digerakkan.
Suparman yang sudah 26 tahun mengabdi menjadi petugas Damkar langsung berteriak meminta tolong. Untunglah suara Suparman terdengar teman-temannya.
"Saya langsung dibawa ke mobil Damkar khusus untuk korban luka. Saya juga masih menemukan jari saya yang terputus," kata Suparman.
Melihat kecelakaan tersebut, petugas langsung membawa Suparman ke RS Persahabatan. Menurut Suparman, penanganan di rumah sakit tersebut terlambat. Suparman masuk pada dini hari namun baru dapat dioperasi pada pagi harinya. "Jari saya dicoba untuk disambungkan lagi, tapi ternyata tidak berhasil, akhirnya tetap harus diamputasi," imbuhnya sambil tersenyum.
Suparman harus mendekam di rumah sakit selama dua minggu. Ia sempat mengalami kekhawatiran karena tidak sanggup membayar biaya operasi. Apalagi penghasilannya pada saat itu hanya sebesar Rp1,2 juta.
"Saya sempat khawatir, tapi ternyata teman-teman banyak yang menolong memberikan sumbangan untuk biaya saya," kata Suparman.
Reaksi keluarga juga kaget bercampur sedih saat Suparman kecelakaan. Istrinya, Sumiati sempat menangis melihat keadaan Suparman. Tapi, ia akhirnya menyadari bahwa kejadian itu merupakan resiko pekerjaan.
"Istri dan keluarga saya menyemangati saya, mereka yang mendukung saya kembali bertugas," kata Suparman.
Usai kejadian tersebut, Suparman beristirahat selama dua bulan. Ia pun perlahan menghilangkan trauma atas kejadian itu. "Saya harus bertugas lagi menjinakkan api," imbuhnya.
Musibah yang dialami Suparman tidak hanya sekali ia rasakan. Pernah saat peristiwa kebakaran di kawasan Cakung, ia dipukul oleh warga dengan kayu karena dinilai lambat dalam bertugas. Padahal lokasi tersebut sulit dijangkau.
Lain peristiwa, hidung Suparman robek hingga mengeluarkan banyak darah karena kejeblos kedalam parit. "Saya tidak lihat, waktu itu gelap sekali, saya lagi megang selang ternyata didepan saya parit, hidung saya robek, untuk bisa disambung lagi," ucapnya sambil tersenyum.
Suparman mengatakan petugas Damkar seperti dirinya banyak mengalami penolakan dari warga. Banyak yang mengatakan petugas lambat ke lokasi. Namun, ia tetap bertugas seperti biasa untuk keselamatan warga.
"Kita terima saja, kondisinya memang serba sulit," tuturnya.
Mengenai kesehatan, Suparman mengatakan kini petugas Damkar mendapatkan Jaminan Perawatan Kesehatan sebesar Rp50juta setahun. Dana itu digunakan untuk dirinya dan keluarganya.
Ayah dari Subali, Rino dan Fitri itu tersenyum saat ditanya pengabdiannya selama 26 tahun itu. "Saya bertugas untuk melayani masyarakat, saya jalani saja tugas itu," kata Suparman yang kini menetap di Cilangkap, Jakarta Timur.
Suparman lalu meminta izin berkumpul bersama rekan kerjanya. Ia bergegas menemui temannya yang juga kecelakaan dalam tugas. Mereka masih dapat tersenyum walau beban berat ada dipundak mereka. "Pantang Pulang Sebelum Padam, Walau Nyawa Taruhannya" sepertinya terus dipegang teguh Suparman.
sumber
Saat itu, sejumlah petugas pemadam kebakaran lainnya masih berjibaku memadamkan api di lokasi kebakaran Kecamatan Senen. Tamu yang ditunggu pun datang bersamaan dengan petugas yang akhirnya dapat memadamkan api di kawasan Jakarta Pusat itu.
Pria itu akrab dipanggil Foke itu kemudian menyalami satu per satu petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta. Foke kemudian mengambil alih jalannya acara.
"Saya bangga punya Pemadam Kebakaran seperti anda semua. Saya bangga ada di tengah keluarga besar dinas pemadam," ujar Foke, nama lengkapnya Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta.
Yel-yel pun langsung berkumandang di lokasi tersebut. "Apa kabar?" tanya Foke
"Luar biasa," teriak mereka
"Siapa saya?" tanya Foke
"Damkar, Damkar, Damkar," kata mereka
"Bagaimana keadaan?" tanya Foke lagi
"Siap Siaga," ujar para petugas pemadam sambil bertepuk tangan.
Mereka lalu meneriakkan motto yang menjadi pengingat disaat tugas datang, "Pantang Pulang Sebelum Padam, Walau Nyawa Taruhannya". Ya itulah motto mereka. Itu pula motto yang selalu dipegang personel pemadam kebakaran, termasuk Suparman (50) saat bertugas mengatasi si jago merah.
Raut wajah Suparman memang ceria saat itu. Ia berdiri di sudut gedung Dinas Pemadam Kebakaran bersama 11 temannya. Saat yel-yel dikumandangkan, bapak tiga anak itu juga ikut bersemangat sambil mengepalkan tangan.
Suparman merupakan salah satu petugas yang mendapatkan penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta. Ia merupakan salah satu petugas yang mendapatkan kecelakaan saat bertugas menjinakkan si jago merah yang menjilat rumah warga.
Jari telunjuk kirinya terputus, sementara empat jari lainnya tidak dapat digerakkan alias tak berfungsi lagi. Saat Foke memanggil namanya, Suparman langsung bersiap menerima penghargaan. Teman-teman sejawatnya langsung bertepuk tangan tanda mendukung Suparman.
"Saya berterima kasih atas penghargaan ini," kata Suparman.
Suparman masih ingat betul peristiwa yang menyebabkan jari tangannya harus diamputasi itu. Saat itu di tahun 1996, ia tidak ingat bulan dan tanggal kejadian. Yang ia ingat saat itu Suparman sedang piket di Kantor Sudin Damkar Jakarta Timur.
"Pukul 23.00 WIB, telepon berdering, ternyata ada kebakaran di Jalan Pemuda," kata Suparman yang mengenakan pakaian dinas lengkap.
Suparman bersama teman-temannya langsung bergegas menuju lokasi kejadian. Gumpalan asap sudah membumbung tinggi saat itu. Api, kata Suparman, telah menghanguskan puluhan rumah di empat RT.
Suparman dengan sigap menurunkan selang air menuju titik api. Saat itu suasana tidak terkendali karena banyak warga yang mengungsi. Sebagian meminta petugas menyiram rumah mereka agar api tidak merambat.
Suparman lalu maju menuju titik api, banyaknya warga membuat posisi selang tidak sempurna. Saat posisi selang belum sempurna, ternyata air berkekuatan 7 bar sudah mengalir.
Aliran air yang begitu kencang dan posisi selang yang tidak sempurna membuat tangan Suparman terlilit. Ia lalu menyadari jarinya langsung terputus saat itu. Keempat jari lainnya juga tidak bisa digerakkan.
Suparman yang sudah 26 tahun mengabdi menjadi petugas Damkar langsung berteriak meminta tolong. Untunglah suara Suparman terdengar teman-temannya.
"Saya langsung dibawa ke mobil Damkar khusus untuk korban luka. Saya juga masih menemukan jari saya yang terputus," kata Suparman.
Melihat kecelakaan tersebut, petugas langsung membawa Suparman ke RS Persahabatan. Menurut Suparman, penanganan di rumah sakit tersebut terlambat. Suparman masuk pada dini hari namun baru dapat dioperasi pada pagi harinya. "Jari saya dicoba untuk disambungkan lagi, tapi ternyata tidak berhasil, akhirnya tetap harus diamputasi," imbuhnya sambil tersenyum.
Suparman harus mendekam di rumah sakit selama dua minggu. Ia sempat mengalami kekhawatiran karena tidak sanggup membayar biaya operasi. Apalagi penghasilannya pada saat itu hanya sebesar Rp1,2 juta.
"Saya sempat khawatir, tapi ternyata teman-teman banyak yang menolong memberikan sumbangan untuk biaya saya," kata Suparman.
Reaksi keluarga juga kaget bercampur sedih saat Suparman kecelakaan. Istrinya, Sumiati sempat menangis melihat keadaan Suparman. Tapi, ia akhirnya menyadari bahwa kejadian itu merupakan resiko pekerjaan.
"Istri dan keluarga saya menyemangati saya, mereka yang mendukung saya kembali bertugas," kata Suparman.
Usai kejadian tersebut, Suparman beristirahat selama dua bulan. Ia pun perlahan menghilangkan trauma atas kejadian itu. "Saya harus bertugas lagi menjinakkan api," imbuhnya.
Musibah yang dialami Suparman tidak hanya sekali ia rasakan. Pernah saat peristiwa kebakaran di kawasan Cakung, ia dipukul oleh warga dengan kayu karena dinilai lambat dalam bertugas. Padahal lokasi tersebut sulit dijangkau.
Lain peristiwa, hidung Suparman robek hingga mengeluarkan banyak darah karena kejeblos kedalam parit. "Saya tidak lihat, waktu itu gelap sekali, saya lagi megang selang ternyata didepan saya parit, hidung saya robek, untuk bisa disambung lagi," ucapnya sambil tersenyum.
Suparman mengatakan petugas Damkar seperti dirinya banyak mengalami penolakan dari warga. Banyak yang mengatakan petugas lambat ke lokasi. Namun, ia tetap bertugas seperti biasa untuk keselamatan warga.
"Kita terima saja, kondisinya memang serba sulit," tuturnya.
Mengenai kesehatan, Suparman mengatakan kini petugas Damkar mendapatkan Jaminan Perawatan Kesehatan sebesar Rp50juta setahun. Dana itu digunakan untuk dirinya dan keluarganya.
Ayah dari Subali, Rino dan Fitri itu tersenyum saat ditanya pengabdiannya selama 26 tahun itu. "Saya bertugas untuk melayani masyarakat, saya jalani saja tugas itu," kata Suparman yang kini menetap di Cilangkap, Jakarta Timur.
Suparman lalu meminta izin berkumpul bersama rekan kerjanya. Ia bergegas menemui temannya yang juga kecelakaan dalam tugas. Mereka masih dapat tersenyum walau beban berat ada dipundak mereka. "Pantang Pulang Sebelum Padam, Walau Nyawa Taruhannya" sepertinya terus dipegang teguh Suparman.
sumber
0 komentar :
Posting Komentar