Salah satu pihak penting dalam konflik antara Israel dengan Hamas adalah sayap militer yang dimiliki oleh Hamas, Brigade al-Qassam. Kelompok militer tersebut dianggap banyak pihak sebagai faksi militer terkuat yang ada di Gaza.
Nama al-Qassam sendiri diambil dari nama pejuang Suriah yang melakukan perlawanan terhadap pendudukan Inggris di wilayah Palestina pada tahun 1935. Aksi pertama dari al-Qassam dimulai di tahun 1992, saat itu mereka melakukan pembunuhan terhadap seorang Rabi di wilayah Kfar Darom, Jalur Gaza.
Awalnya aktivitas perlawanan al-Qassam lebih banyak dijalankan dengan cara melakukan aksi bom bunuh diri. Namun aksi tersebut terhenti setelah ahli bom yang dmiliki kelompok tersebut, Yahya Ayyash, berhasil dibunuh oleh pihak Israel pada tahun 1996. Al-Qassam kemudian mengembangkan aksinya dengan juga meluncurkan serangan-serangan roket ke wilayah Israel.
Al-Qassam mulai melancarkan aktivitas serangan roket pada tahun 2000. Pemimpin kelompok tersebut pada saat itu, Mohammed Deif, mengembangkan produksi roket untuk digunakan oleh al-Qassam.
Deif juga mengatur penyelundupan roket-roket untuk al-Qassam dari luar wilayah Gaza. Upaya pengumpulan roket tersebut diteruskan oleh pemimpin al-Qassam selanjutnya, Ahmed al-Jabari.
Pada masa kepemimpinan Jabari banyak pihak menyatakan, al-Qassam mengalami perkembangan yang pesat. Jabari menjalankan pelatihan moderen untuk tentara-tentara yang direkrut oleh al-Qassam. Jabari juga berhasil membuat jaringan dengan negara-negara seperti Iran, Sudan, dan Suriah. Jaringan tersebut membuat al-Qassam lebih mudah mendapatakan bantuan baik militer maupun finansial.
Saat ini al-Qassam diperkirakan sedang berada dalam kondisi limbung setelah Jabari terbunuh oleh serangan udara Israel yang dilancarkan Rabu 14 November lalu. Namun beberapa pengamat menilai al-Qassam akan dengan cepat menemukan pengganti Jabari.
“Al-Qassam selalu bergerak dalam kelompok-kelompok kecil. Jadi apabila ada satu pemimpin yang terbunuh pemimpin, dari kelompok lainnya dapat cepat menggantikan," ujar seorang penulis buku konflik Palestina, Jonathan Schanzer, seperti dikutip The New York Times, Senin (19/11/2012).
Selama kepemimpinan Jabari, al-Qassam diketahui membagi organisasinya ke dalam enam kelompok yang membawahi enam area berbeda di Gaza. Setiap kelompok tersebut memiliki pemimpinnya sendiri-sendiri yang melapor kepada Jabari sebagai pemimpin tertinggi. Kelompok-kelompok tersebut memiliki sistem logistiknya sendiri sehingga dapat bekerja secara terpisah.
sumber
Nama al-Qassam sendiri diambil dari nama pejuang Suriah yang melakukan perlawanan terhadap pendudukan Inggris di wilayah Palestina pada tahun 1935. Aksi pertama dari al-Qassam dimulai di tahun 1992, saat itu mereka melakukan pembunuhan terhadap seorang Rabi di wilayah Kfar Darom, Jalur Gaza.
Awalnya aktivitas perlawanan al-Qassam lebih banyak dijalankan dengan cara melakukan aksi bom bunuh diri. Namun aksi tersebut terhenti setelah ahli bom yang dmiliki kelompok tersebut, Yahya Ayyash, berhasil dibunuh oleh pihak Israel pada tahun 1996. Al-Qassam kemudian mengembangkan aksinya dengan juga meluncurkan serangan-serangan roket ke wilayah Israel.
Al-Qassam mulai melancarkan aktivitas serangan roket pada tahun 2000. Pemimpin kelompok tersebut pada saat itu, Mohammed Deif, mengembangkan produksi roket untuk digunakan oleh al-Qassam.
Deif juga mengatur penyelundupan roket-roket untuk al-Qassam dari luar wilayah Gaza. Upaya pengumpulan roket tersebut diteruskan oleh pemimpin al-Qassam selanjutnya, Ahmed al-Jabari.
Pada masa kepemimpinan Jabari banyak pihak menyatakan, al-Qassam mengalami perkembangan yang pesat. Jabari menjalankan pelatihan moderen untuk tentara-tentara yang direkrut oleh al-Qassam. Jabari juga berhasil membuat jaringan dengan negara-negara seperti Iran, Sudan, dan Suriah. Jaringan tersebut membuat al-Qassam lebih mudah mendapatakan bantuan baik militer maupun finansial.
Saat ini al-Qassam diperkirakan sedang berada dalam kondisi limbung setelah Jabari terbunuh oleh serangan udara Israel yang dilancarkan Rabu 14 November lalu. Namun beberapa pengamat menilai al-Qassam akan dengan cepat menemukan pengganti Jabari.
“Al-Qassam selalu bergerak dalam kelompok-kelompok kecil. Jadi apabila ada satu pemimpin yang terbunuh pemimpin, dari kelompok lainnya dapat cepat menggantikan," ujar seorang penulis buku konflik Palestina, Jonathan Schanzer, seperti dikutip The New York Times, Senin (19/11/2012).
Selama kepemimpinan Jabari, al-Qassam diketahui membagi organisasinya ke dalam enam kelompok yang membawahi enam area berbeda di Gaza. Setiap kelompok tersebut memiliki pemimpinnya sendiri-sendiri yang melapor kepada Jabari sebagai pemimpin tertinggi. Kelompok-kelompok tersebut memiliki sistem logistiknya sendiri sehingga dapat bekerja secara terpisah.
sumber
0 komentar :
Posting Komentar