Suatu hari,
seorang ibu menyadari bahwa ia tak punya apa-apa untuk diberikan kepada
anaknya. Ia pun berpikir sepanjang hari dan akhirnya mengambil secarik kertas.
Mulai
ditulislah barisan-barisan kalimat yang terlintas di benaknya. Pikirnya, bila
ia tak sempat meninggalkan sesuatu yang berharga, setidaknya ia telah
mengajarkan anaknya untuk tetap bisa bertahan hidup sepertinya.
Dan,
beginilah kira-kira bunyi surat itu...
Anakku,
Aku hanya
ingin kau tahu,
Hidup
mungkin tak selalu indah berkilau seperti berlian.
Selalu saja
ada masalah yang datang,
Ada hujan
yang mengguyur,
Ada badai
yang menghadang,
Dan terik
matahari yang menusuk kulit.
Kau juga harus
tahu,
Bahwa juga
ada karpet merah yang digelar di bawahmu,
Ada tepuk
tangan salut kepadamu,
Dan decak
kagum serta pujian.
Tetapi,
jangan selalu terlarut di dalamnya.
Selalu
ingat,
bahwa ada
naik dan turun,
ada belokan
tajam dan jalan penuh batu.
Terkadang
kau akan berjalan di bawah terang matahari,
terkadang
juga di dalam gelap gulita.
Jangan
pernah menoleh ke belakang dan kembali,
seberat
apapun rute yang akan kau jalani.
Selangkah
demi selangkah,
berdirilah
kembali jika kau terjatuh.
Dan
demikianlah hidup,
bertahanlah
seperti apa yang ibu ajarkan,
karena hanya
itu yang bisa ibu tinggalkan.
Dengan penuh
cinta,
Ibumu.
0 komentar :
Posting Komentar