Banyak hal
di dunia ini yang sebenarnya layak untuk disyukuri. Sayangnya, tak sedikit
orang lupa untuk mengucapnya. Padahal, jika Tuhan bisa menuntut, maka hampir
semua penduduk bumi akan mendapatkan asupan oksigen yang terbatas. Jika sedikit
saja kita melihat sekitar, maka akan ada satu kepuasan dan kalimat syukur
terucap dari mulut.
Seperti
halnya mensyukuri napas yang diberikan Tuhan kepada kita. Ada berapa banyak
oksigen yang kita hirup dengan cuma-cuma? Itu adalah tanda bahwa kita masih
hidup. Masih bisa bernapas tanpa bayar. Lalu, mengapa ada banyak nyawa yang
hilang begitu saja hanya karena frustasi dengan hidup? Tak percayakah dengan
janji Tuhan yang menyebutkan bahwa Ia tak akan memberikan cobaan di luar batas
kemampuan hamba-Nya?
Hal lain yang
sering kita lupakan adalah betapa kita sangat sombong dengan keadaan yang
sementara. Sering lupa dengan siapa pencipta diri kita. Mendahulukan ego tanpa
berpikir bahwa ada Tuhan yang menciptakan dan membuat kita menjadi seperti
kini. Lupakah kita dengan Tuhan, sehingga menjadi begitu angkuh dengan segala
hal?
Sahabat,
Tuhan menciptakan kita bukan tanpa maksud. Satu maksud Tuhan adalah agar
hamba-Nya bersyukur dan selalu ingat pada Sang Pencipta. Lalu, mengapa kita
sering lalai? Tak bisakah kita mendahulukan Tuhan dibandingkan dengan aktivitas
duniawi? Ia penciptamu, mengapa dinomor-duakan? Tak ingatkah dengan siksa-Nya
yang pedih?
Aceh. Satu
contoh kecil bahwa Tuhan murka. Jika demikian, apa yang kita lakukan? Meminta
maaf?
Sahabat,
Tuhan sangat mudah memaafkan hamba-Nya yang taat. Ia juga memberikan banyak
janji bagi hamba-Nya. Tetapi mengapa kita sering tak mengindahkan janji-Nya?
Tak ingatkah bahwa surga adalah tempat yang kekal di akhirat nanti?
Bagi Tuhan,
memaafkan adalah satu contoh yang mudah Ia lakukan. Tapi mengapa tidak dengan
kita? Dimana sifat pemaaf jika kita adalah makhluk sosial? Sedikit dekat dengan
sifat pemaaf, adalah ungkapan terima kasih. Sudahkah kita mengucap terima kasih
pada orang-orang terdekat, bahkan keluarga, teman, dan kerabat?
Aku tidak
sedang menggurui, karena aku juga tengah berbenah. Aku tahu, menjadi baik itu
sulit. Banyak usaha yang harus dilakukan. Ibarat sebuah medali emas,
memperolehnya dibutuhkan banyak usaha. Kadang jatuh, terpeleset, bahkan
terjerembab. Kadang pula kita lupa dengan tujuan menjadi baik, sehingga
dibelokkan pada hal-hal yang membuat silau indra.
Terima kasih
Tuhan atas segala karunia-Mu. Terima kasih atas segala hal baik yang kau
limpahkan pada kami. Begitu juga hal buruk yang Kau limpahkan untuk membuat
kami menjadi baik.
0 komentar :
Posting Komentar