Badan Narkotika Nasional (BNN) mengakui kesulitan memberantas peredaran narkoba di Kampung Ambon, Cengkareng, Jakarta Barat. Kawasan ini memang dikenal sebagai tempat tinggal mafia dan bandar narkoba.
"Saya pernah kerahkan pasukan 3.000-5.000 personel untuk menggerebek, tapi apakah efektif? Faktanya sampai sekarang masih ada saja peredaran gelap narkoba," ujar Kepala BNN Gories Mere di kantor BNN, Cawang, Jakarta, Kamis (1/3/2012).
Menurut Gories, warga Kampung Ambon tergolong masyarakat yang tertutup dan cenderung sulit menerima orang luar. Guna memberantas narkoba di wilayah Kampung Ambon, Gories menyatakan akan sia-sia bila ditempuh dengan operasi yang mengerahkan banyak pasukan.
Lebih jauh Gories menjelaskan, dalam sepuluh tahun terakhir, situasi dan kondisi di Kampung Ambon sangat berbeda dari pertama kali ada. Kampung Ambon kini banyak ditempati oleh para pemakai dan pengedar narkoba.
"Masyarakat di sana antipati dengan proses penegakan hukum. Mereka protektif terhadap orang-orang mereka sendiri. Sedangkan mereka yang bukan dari Kampung itu tentu akan dicurigai," pungkasnya.
Nama Kampung Ambon dulunya bernama Kompleks Permata karena jalan-jalan yang berada di daerah itu mengambil nama dari jenis-jenis permata, seperti zamrud dan saphir. Kompleks Permata berubah nama menjadi Kampung Ambon berubah karena saat itu sekitar 80 persen penduduknya berasal dari Ambon, Maluku.
Pada tahun 1973, pemerintah DKI Jakarta memindahkan orang-orang Ambon yang berasal dari wilayah Senen, Jakarta Pusat, ke Jakarta Barat dengan alasan pada tahun itu sering terjadi perkelahian antarwarga. Hingga kini terdapat sekitar 2.000 warga yang tinggal di Kampung Ambon.
0 komentar :
Posting Komentar