Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan jutaan dolar dana yang dikirim Amerika Serikat (AS) ditujukan untuk merusak proses perdamaian Palestina dan Israel.
Olmert menuding kelompok ekstrim kanan di AS sebagai pihak yang bertanggung jawab atas terhambatnya dialog damai antara Israel dan Otoritas Palestina. Pria yang sempat menjadi kepala pemerintahan Negeri Yahudi itu mengklaim, solusi damainya dengan Palestina cukup diterima oleh warga Israel, namun beberapa kelompok radikal di negaranya justru mengesampingkan usulan Olmert.
"Saya harus melawan pihak-pihak yang cukup kuat, termasuk di antaranya adalah jutaan dan jutaan dolar dana bantuan yang diberikan oleh kelompok ekstrim kanan AS ke Israel. Pemerintah Israel mencoba untuk menghalangi saya menciptakan perdamaian yang berbasiskan prinsip saya sendiri," ujar Olmert, seperti dikutip CNN, Sabtu (5/5/2012).
Pria berusia 66 tahun itu mengatakan, karir politiknya sudah dirusak karena dirinya hendak membangun perdamaian dengan Palestina dengan caranya sendiri. Pada sebuah diskusi, Olmert bahkan membela sikap Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas yang tidak menerima usulan perdamaian dari Olmert beberapa tahun yang lalu.
"Palestina tidak menyatakan penolakannya terhadap rencana perdamaian yang saya gagas. Para menteri di Israel-lah menyarankan Presiden Otoritas Palestina untuk tidak menerima usulan saya," imbuhnya.
Olmert saat ini juga sempat menjadi terdakwa kasus korupsi di negaranya. Olmert diduga melakukan tindakan kotor itu ketika masih menjabat sebagai Walikota Yerusalem. Meski demikian dirinya menampik tuduhan korupsi itu.
Politisi yang berasal dari Partai Kadima atau partai tengah dan liberal itu juga merupakan seorang yang menolak proses perdamaian Israel dan Mesir yang diprakarsasi mantan Perdana Menteri Menachem Begin. Dengan tegas, Olmert mengatakan, dirinya menentang Begin karena perjanjian itu merupakan kesalahan historis yang fatal.
sumber
Olmert menuding kelompok ekstrim kanan di AS sebagai pihak yang bertanggung jawab atas terhambatnya dialog damai antara Israel dan Otoritas Palestina. Pria yang sempat menjadi kepala pemerintahan Negeri Yahudi itu mengklaim, solusi damainya dengan Palestina cukup diterima oleh warga Israel, namun beberapa kelompok radikal di negaranya justru mengesampingkan usulan Olmert.
"Saya harus melawan pihak-pihak yang cukup kuat, termasuk di antaranya adalah jutaan dan jutaan dolar dana bantuan yang diberikan oleh kelompok ekstrim kanan AS ke Israel. Pemerintah Israel mencoba untuk menghalangi saya menciptakan perdamaian yang berbasiskan prinsip saya sendiri," ujar Olmert, seperti dikutip CNN, Sabtu (5/5/2012).
Pria berusia 66 tahun itu mengatakan, karir politiknya sudah dirusak karena dirinya hendak membangun perdamaian dengan Palestina dengan caranya sendiri. Pada sebuah diskusi, Olmert bahkan membela sikap Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas yang tidak menerima usulan perdamaian dari Olmert beberapa tahun yang lalu.
"Palestina tidak menyatakan penolakannya terhadap rencana perdamaian yang saya gagas. Para menteri di Israel-lah menyarankan Presiden Otoritas Palestina untuk tidak menerima usulan saya," imbuhnya.
Olmert saat ini juga sempat menjadi terdakwa kasus korupsi di negaranya. Olmert diduga melakukan tindakan kotor itu ketika masih menjabat sebagai Walikota Yerusalem. Meski demikian dirinya menampik tuduhan korupsi itu.
Politisi yang berasal dari Partai Kadima atau partai tengah dan liberal itu juga merupakan seorang yang menolak proses perdamaian Israel dan Mesir yang diprakarsasi mantan Perdana Menteri Menachem Begin. Dengan tegas, Olmert mengatakan, dirinya menentang Begin karena perjanjian itu merupakan kesalahan historis yang fatal.
sumber
0 komentar :
Posting Komentar