Warga merusak sebuah mobil polisi dalam kerusuhan di Wusan, kota di China selatan.
Ribuan polisi antihuru-hara China mengepung sebuah kota di selatan negara itu dengan memotong pasokan makanan dan air demi memadamkan serangkaian kerusuhan. Demikian diberitakan Sydney Morning Herald, Rabu (14/12/2011).
Selama berbulan-bulan, sekitar 20.000 orang yang tinggal di Wukan, yang terletak dekat kota Shanwei di Provinsi Guangdong, melakukan protes karena tanah mereka disita dan dijual pemerintah lokal. Polisi lalu melakukan taktik brutal untuk mengendalikan situasi.
Protes terbaru pecah hari Minggu lalu ketika polisi mencoba menangkap seorang warga. Warga lain yang bersenjatakan tongkat menentang penangkapan itu. Polisi lalu menembakkan gas air mata sebelum mundur.
Pada saat bersamaan, pemerintah setempat membuat kemarahan warga menjadi mendidih ketika mengakui bahwa Jinbo Xue, seorang tukang daging berusia 43 tahun yang telah mewakili warga dalam negosiasi dengan pemerintah, meninggal dalam tahanan polisi karena "gagal jantung". Xue ditahan pekan lalu dan dituduh menghasut kerusuhan.
Kabar yang beredar menyebutkan, keluarga Xue menemukan sejumlah tulangnya patah ketika mereka menerima jenazahnya. Hari Senin, sekitar 6.000 orang menghadiri pemakaman Xue dan foto-foto kerumunan orang saat pemakaman beredar luas di internet China.
"Kami sangat sedih dan marah atas kematiannya," kata seorang warga yang menolak disebutkan namanya. "Dia hanya seorang negosiator yang berbicara dengan pemerintah, yang berusaha mendapatkan tanah kami kembali. Dia membela hak-hak petani.''
Warga mengatakan, blokade telah diberlakukan dan pasokan bahan pangan, termasuk beras, mulai menipis. "Banyak polisi yang berkumpul di luar desa," tulis salah seorang warga di situs Weibo, versi China dari Twitter, yang menyebut dirinya Charles Suen.
Selama berbulan-bulan, sekitar 20.000 orang yang tinggal di Wukan, yang terletak dekat kota Shanwei di Provinsi Guangdong, melakukan protes karena tanah mereka disita dan dijual pemerintah lokal. Polisi lalu melakukan taktik brutal untuk mengendalikan situasi.
Protes terbaru pecah hari Minggu lalu ketika polisi mencoba menangkap seorang warga. Warga lain yang bersenjatakan tongkat menentang penangkapan itu. Polisi lalu menembakkan gas air mata sebelum mundur.
Pada saat bersamaan, pemerintah setempat membuat kemarahan warga menjadi mendidih ketika mengakui bahwa Jinbo Xue, seorang tukang daging berusia 43 tahun yang telah mewakili warga dalam negosiasi dengan pemerintah, meninggal dalam tahanan polisi karena "gagal jantung". Xue ditahan pekan lalu dan dituduh menghasut kerusuhan.
Kabar yang beredar menyebutkan, keluarga Xue menemukan sejumlah tulangnya patah ketika mereka menerima jenazahnya. Hari Senin, sekitar 6.000 orang menghadiri pemakaman Xue dan foto-foto kerumunan orang saat pemakaman beredar luas di internet China.
"Kami sangat sedih dan marah atas kematiannya," kata seorang warga yang menolak disebutkan namanya. "Dia hanya seorang negosiator yang berbicara dengan pemerintah, yang berusaha mendapatkan tanah kami kembali. Dia membela hak-hak petani.''
Warga mengatakan, blokade telah diberlakukan dan pasokan bahan pangan, termasuk beras, mulai menipis. "Banyak polisi yang berkumpul di luar desa," tulis salah seorang warga di situs Weibo, versi China dari Twitter, yang menyebut dirinya Charles Suen.
0 komentar :
Posting Komentar