Sekitar 1.000 orang berunjuk ras di dekat Kedutaan Besar Israel di Amman, Jordania, Jumat (14/3/2014), menuntut pemerintah Jordania membatalkan perjanjian damai dengan Israel.
Unjuk rasa ini dipicu kematian Raed Zeiter (38), seorang hakim berdarah Palestina-Jordania, yang ditembak pasukan Israel di perbatasan kedua negara beberapa hari lalu.
Kelompok militan Islam, gerakan pemuda, golongan kiri, dan nasionalis ikut ambil bagian dalam unjuk rasa yang dimulai usak ibadah shalat Jumat di masjid Kaluti, dekat kedutaan besar Israel di kawasan Rabia.
Di bawah pengamanan ketat aparat kepolisian, para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Jordania dan membawa spanduk berbunyi "rakyat ingin perjanjian damai 1994 dibatalkan" dan "tutup kedutaan Zionis dan usir duta besar Israel demi darah syuhada".
"Zeiter kau adalah syuhada dan pemimpin kami adalah budak. Kami tak akan melupakanmu," demikian teriakan para pengunjuk rasa.
Para pengunjuk rasa itu mencoba mendekati kantor kedutaan besar Israel namun berhasil dicegah polisi Jordania.
Pada Rabu (12/3/2014), dipicu kematian Zeiter, majelis rendah parlemen Jordania menuntut resolusi agar pemerintah membebaskan prajurit Jordania, Ahmad Dakamseh, yang dipenjara akibat menembaki sekelompok pelajar Israel pada 1997 yang menewaskan tujuh pelajar.
Para anggota parlemen juga menuntut pemerintah agar mengusir duta besar Israel di Amman dan menarik duta besar Jordania di Israel
Parlemen memberi waktu pemerintah hingga Selasa pekan depan untuk memenuhi tuntutan ini dan mengancam akan menggelar mosi tidak percaya terhadap PM Abdullah Nsur jika dia tak bisa memenuhi tenggat waktu.
Sebelumnya, Nsur sudah mengatakan Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas kematian Zeiter dan menuntut permintaan maaf pemerintah Israel atas insiden tersebut.
Israel memang telah menyatakan penyesalannya namun tidak menyampaikan permintaan maaf terhadap pemerintah Jordania, yang merupakan satu-satunya negara Arab -selain Mesir- yang menandatangani perdamaian dengan negeri Yahudi itu.
sumber
Unjuk rasa ini dipicu kematian Raed Zeiter (38), seorang hakim berdarah Palestina-Jordania, yang ditembak pasukan Israel di perbatasan kedua negara beberapa hari lalu.
Kelompok militan Islam, gerakan pemuda, golongan kiri, dan nasionalis ikut ambil bagian dalam unjuk rasa yang dimulai usak ibadah shalat Jumat di masjid Kaluti, dekat kedutaan besar Israel di kawasan Rabia.
Di bawah pengamanan ketat aparat kepolisian, para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Jordania dan membawa spanduk berbunyi "rakyat ingin perjanjian damai 1994 dibatalkan" dan "tutup kedutaan Zionis dan usir duta besar Israel demi darah syuhada".
"Zeiter kau adalah syuhada dan pemimpin kami adalah budak. Kami tak akan melupakanmu," demikian teriakan para pengunjuk rasa.
Para pengunjuk rasa itu mencoba mendekati kantor kedutaan besar Israel namun berhasil dicegah polisi Jordania.
Pada Rabu (12/3/2014), dipicu kematian Zeiter, majelis rendah parlemen Jordania menuntut resolusi agar pemerintah membebaskan prajurit Jordania, Ahmad Dakamseh, yang dipenjara akibat menembaki sekelompok pelajar Israel pada 1997 yang menewaskan tujuh pelajar.
Para anggota parlemen juga menuntut pemerintah agar mengusir duta besar Israel di Amman dan menarik duta besar Jordania di Israel
Parlemen memberi waktu pemerintah hingga Selasa pekan depan untuk memenuhi tuntutan ini dan mengancam akan menggelar mosi tidak percaya terhadap PM Abdullah Nsur jika dia tak bisa memenuhi tenggat waktu.
Sebelumnya, Nsur sudah mengatakan Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas kematian Zeiter dan menuntut permintaan maaf pemerintah Israel atas insiden tersebut.
Israel memang telah menyatakan penyesalannya namun tidak menyampaikan permintaan maaf terhadap pemerintah Jordania, yang merupakan satu-satunya negara Arab -selain Mesir- yang menandatangani perdamaian dengan negeri Yahudi itu.
sumber
0 komentar :
Posting Komentar